gelap di tepi harap

Seruling bamboo menghantarkan jagoan kecil terik ini ..
Nampak bayangan dewa matahari marah diufuk genangan …
Perlahan rintik hujan membasuh wajah lebam yang sedang berduka ..
Sembari menatap lemas ada yang terpekur lesu ..
Ada juga yang berbisik kecil-kecil perihal sebab kematian …
Samar samar si ibu mengingat lalu pucat
Durhaka benar si anak , dikelamkan sendiri batang usia nya
Namanya ibu , ridhlo nya jua turut diselipkan
Melambai lambai awan membayangi memori hitam
Menepuk dada kuat kencang juga tak ada yang risau
Lalu siapa yang salah ?
Malam malam suntuk melamun si ibu melintang lalu lalang di kerdip gundah
Anaknya tersungkur duduk rendah menanti tanpa ada maksud apalagi tujuan
Ditemani sebungkus “sahabat” katanya
Setelah mati siapa hendak dicaci ?
Anak kesepian kaku tanpa ceria
Tanpa menenteng ilmu bersarat dosa digiring malu
Mau tegar ? macan pun tak hendak
Tinggalah serpihan isak-isak lalu ikut gerimis
Entah malu atau kesal .
Bukan hanya yang hidup yang lempar tangan
Dikedoki niat untuk bahagia di dunia fana
Bangsa yang kokoh namun keok dan landas pun diam .
Sedang yang lain ? angkat tangan lari dari kesalahan
Dalam doa di malam pertama
Ada yang berpikir keras gundah gulana
Demi teman yang “membahagiakan” rela membunuh teman yang nyata dan ada
Mereka masih bias duduk dan menghirup udara segar
Menghayal kicau burung dalam pagi disekelebat awan
Namun yang lainnya , terlelap kaku menanti

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar